“DARI INDONESIA UNTUK DUNIA : MAHASISWA KKN INTERNASIONAL MODIFIKASI ULAR TANGGA JADI LENTERA BELAJAR ANAK MIGRAN DI MALAYSIA”

Malaysia — Di sebuah sanggar belajar sederhana di Malaysia, tawa anak-anak migran terdengar riuh. Mereka bersemangat melempar dadu, melangkahkan bidak, lalu bersorak saat berhasil naik tangga. Namun ada yang berbeda dari permainan kali ini. Bukan sekadar permainan, ular tangga yang mereka mainkan adalah media belajar baru bernama Ular Tangga Etnomatematika. Inovasi inilah yang digagas dua mahasiswa Indonesia, Annisa Wahyu Kumalasari dari Universitas Darul Ulum Islamic Centre Sudirman (UNDARIS) dan Fima Nursalnia Salma dari IAINU Tuban, dalam program KKN Internasional Malaysia.

Dengan mengusung tema “Integrasi Literasi dan Numerasi Melalui Pendekatan Etnomatematika Berbasis Budaya Indonesia-Malaysia Bagi Anak Migran”, keduanya memodifikasi permainan tradisional menjadi Ular Tangga Etnomatematika. Setiap langkah anak di papan permainan kini bukan sekadar hiburan, melainkan sarana belajar: mengenal kosakata, berhitung penjumlahan sederhana, memahami bilangan genap-ganjil, hingga mempelajari konsep geometri seperti persegi, segitiga, dan garis simetri.

Lebih menarik lagi, media ini diperkaya dengan aplikasi Wordwall yang menghadirkan soal-soal interaktif. Alhasil, suasana belajar di sanggar anak migran berubah menjadi ceria, penuh tawa, dan antusiasme.

Dampak positifnya segera terasa. Salah satu anak dengan wajah sumringah mengungkapkan perasaannya usai mencoba media ini. “Belajar pakai ular tangga seru sekali. Rasanya seperti main, tapi saya jadi bisa menghitung lebih cepat. Saya juga tahu bentuk segitiga dan kotak. Kalau bisa, besok main lagi,” ujarnya polos. Ungkapan sederhana itu mencerminkan betapa anak-anak merasakan pengalaman belajar yang berbeda: menyenangkan, tidak menegangkan, sekaligus memotivasi mereka untuk terus belajar.

Bagi Annisa dan Fima, pernyataan itu menjadi bukti nyata bahwa pendekatan kreatif dalam pendidikan mampu membekas di hati anak-anak. Tidak hanya meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri serta membuat mereka mencintai proses belajar.

Program ini membuktikan bahwa pembelajaran tidak harus kaku dan membosankan. Dengan sentuhan budaya dan kreativitas, permainan sederhana dapat menjadi jembatan efektif bagi anak-anak migran untuk mengasah kemampuan akademik sekaligus menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan budaya Indonesia-Malaysia.

Lewat inovasi ini, Annisa dan Fima tidak hanya berbagi ilmu, tetapi juga menyalakan harapan: bahwa pendidikan bisa hadir dengan cara yang menyenangkan, sederhana, dan penuh makna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

tajir5000

puma303

direksi4d

direksitoto